PERTAMA
Yogyakarta, 16 Mei 2020.
Nabastala Yogyakarta sedari senja masih tak henti menuangkan rinai hingga petang tiba. Sebagian saudagar di pinggir kota memutuskan menutup dagangan dan pulang untuk merehatkan jasad, mengingat hari sudah menunjukkan hampir tengah malam dan muara dari nabastala rupanya semakin deras, disusul guntur yang menggelegar membuat orang yang mendengarnya merasakan cemas.
Lain sisi, rupanya ada yang tengah giat menjalankan amanat. Tepat di bawah lampu temaram ujung lorong Malioboro, beberapa kepala bersembunyi di balik usangnya dinding. Ketika salah satu ada yang menilik pergerakan si bandit dan belum menyerukan pergerakan, rupanya terdengar jeritan memilukan. Tanpa pikir panjang, mereka lantas bergegas mendekat ke arah suara hantaman yang beringas.
"Angkat senjatamu! Sudahi atau hidupmu akan saya akhiri-" Andin terbata dan tak mampu merampungkan kata, ia terperanjat melihat sang penyair sudah berbau anyir. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Koe kabeh telat¹, orang ini sudah menjadi mayat," tutur si jejaka yang penuh gelak tawa. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Eh tapi kalau dipikir niatku baik kan? Ada pepatah mengatakan, benar memang sebagian besar seniman berbakat menjadi terkenal setelah mereka mati. Berarti? Aku membuatnya semakin dikenal oleh masyarakat sipil." ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Menyerahlah, bukti sudah tertangkap basah dan nggak bisa kamu bantah," titah Andin geram seraya menodongkan pistol dan mendekat ke arahnya. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Hahaha, Andin Andin. Mau jadi Srikandi? Eling Nduk², kamu itu cewek. Mending kamu itu diem di rumah, jaga keluargamu yang masih utuh. Ngga sadar ta? Keteledoranmu bikin suamimu menemui ajal?" ejek jejaka itu dengan roman yang sungguh memuakkan. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Bajingan, antupno cangkemmu³!" raung Andin yang kini sudah berada di hadapan sang jejaka dan mencengkram kuat kerah bajunya. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Aku bener kan? Sedunia bahkan tau otak mlompongmu itu. Aturan kamu belajar dari pengalaman. Lihat? Sekarang kamu pun juga terlambat." Jejaka itu kembali mengejek.
"Mbak-" ujar seseorang di belakangnya, ia mengangkat tangan kanan, bermaksud menyuruh mereka untuk diam karena ini akan ia rampungkan sendiri dan mereka hanya mengangguk mengerti, sudah hafal perintah sang komandan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Hahahah, oke deh, berhubung perkataanmu benar," Andin melepaskan cengkraman di kerah bajunya lantas melanjutkan, "aku ada penawaran buat sampeyan⁴, tawaran ini ngejamin bakal buat kamu makin hebat."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Tentu dengan membawamu ke pemakaman yang disebut penjara." Penawaran itu diakhiri dengan pergulatan di antara keduanya. Beberapa kali bogem mentah Andin dapatkan, namun ia tak lengah lantaran lawannya mantan pengawal. Tak hilang akal, ia terus menerus mencari titik lemah, sampai pada akhirnya ulu hatilah yang ia jadikan sasaran empuk untuk menghantam. Jejaka itu mengaduh dan terjatuh bersimpuh.ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"David Putra Mahendra. Anda ditangkap karena melanggar Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20 tahun."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Anda bisa menggunakan pengacara untuk membantu proses persidangan," ujar Andin seraya memborgol kedua tangan David dan melanjutkan, "tapi, saya pastikan sih kalau Anda akan membusuk di penjara, keparat!" Andin menutup pertemuan mereka dengan satu bogeman keras di wajahnya.
Nabastala Yogyakarta sedari senja masih tak henti menuangkan rinai hingga petang tiba. Sebagian saudagar di pinggir kota memutuskan menutup dagangan dan pulang untuk merehatkan jasad, mengingat hari sudah menunjukkan hampir tengah malam dan muara dari nabastala rupanya semakin deras, disusul guntur yang menggelegar membuat orang yang mendengarnya merasakan cemas.
Lain sisi, rupanya ada yang tengah giat menjalankan amanat. Tepat di bawah lampu temaram ujung lorong Malioboro, beberapa kepala bersembunyi di balik usangnya dinding. Ketika salah satu ada yang menilik pergerakan si bandit dan belum menyerukan pergerakan, rupanya terdengar jeritan memilukan. Tanpa pikir panjang, mereka lantas bergegas mendekat ke arah suara hantaman yang beringas.
"Angkat senjatamu! Sudahi atau hidupmu akan saya akhiri-" Andin terbata dan tak mampu merampungkan kata, ia terperanjat melihat sang penyair sudah berbau anyir. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Koe kabeh telat¹, orang ini sudah menjadi mayat," tutur si jejaka yang penuh gelak tawa. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Eh tapi kalau dipikir niatku baik kan? Ada pepatah mengatakan, benar memang sebagian besar seniman berbakat menjadi terkenal setelah mereka mati. Berarti? Aku membuatnya semakin dikenal oleh masyarakat sipil." ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Menyerahlah, bukti sudah tertangkap basah dan nggak bisa kamu bantah," titah Andin geram seraya menodongkan pistol dan mendekat ke arahnya. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Hahaha, Andin Andin. Mau jadi Srikandi? Eling Nduk², kamu itu cewek. Mending kamu itu diem di rumah, jaga keluargamu yang masih utuh. Ngga sadar ta? Keteledoranmu bikin suamimu menemui ajal?" ejek jejaka itu dengan roman yang sungguh memuakkan. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Bajingan, antupno cangkemmu³!" raung Andin yang kini sudah berada di hadapan sang jejaka dan mencengkram kuat kerah bajunya. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Aku bener kan? Sedunia bahkan tau otak mlompongmu itu. Aturan kamu belajar dari pengalaman. Lihat? Sekarang kamu pun juga terlambat." Jejaka itu kembali mengejek.
"Mbak-" ujar seseorang di belakangnya, ia mengangkat tangan kanan, bermaksud menyuruh mereka untuk diam karena ini akan ia rampungkan sendiri dan mereka hanya mengangguk mengerti, sudah hafal perintah sang komandan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Hahahah, oke deh, berhubung perkataanmu benar," Andin melepaskan cengkraman di kerah bajunya lantas melanjutkan, "aku ada penawaran buat sampeyan⁴, tawaran ini ngejamin bakal buat kamu makin hebat."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Tentu dengan membawamu ke pemakaman yang disebut penjara." Penawaran itu diakhiri dengan pergulatan di antara keduanya. Beberapa kali bogem mentah Andin dapatkan, namun ia tak lengah lantaran lawannya mantan pengawal. Tak hilang akal, ia terus menerus mencari titik lemah, sampai pada akhirnya ulu hatilah yang ia jadikan sasaran empuk untuk menghantam. Jejaka itu mengaduh dan terjatuh bersimpuh.ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"David Putra Mahendra. Anda ditangkap karena melanggar Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20 tahun."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Anda bisa menggunakan pengacara untuk membantu proses persidangan," ujar Andin seraya memborgol kedua tangan David dan melanjutkan, "tapi, saya pastikan sih kalau Anda akan membusuk di penjara, keparat!" Andin menutup pertemuan mereka dengan satu bogeman keras di wajahnya.
; Bausastra :
BalasHapus¹ koe kabeh telat : kamu semua terlambat.
² eling nduk : ingat neng.
³ antupno cangkemmu : tutuplah mulutmu.
⁴ sampeyan : kamu.
Sekiranya ada koreksi, sila sampaikan di sini. Jika sudah diberi, akan langsung #Asha revisi.
BalasHapus