KEDELAPAN

 Pagi hari ini Andin melenggangkan langkahnya untuk mendatangi sel yang dihuni oleh David. Ia berniat untuk memintai keterangan kembali, lantaran mendapat laporan di mana David berkata berkenan untuk bersaksi. Saat knop pintu diputar dan pintu terbuka, terdapat David tergeletak di lantai. Tak terdengar David mendengkur, Andin berpikir berpikir positif mungkin David memang begitu saat tidur. Astanya bergerak menggoyangkan tubuh David. Matanya terbelalak ketika mengetahui terdapat busa di area mulut David, segeralah ia meminta bantuan dari penjaga sel untuk memanggil ambulance. 

Tak lama kemudian ambulance pun datang, segera lah tubuh David dibawa ke mobil. "Ham, kamu bawa mobil dinas ya? Biar Mbak sama Mas Dega yang jaga David, takut kebangun terus nanti kabur."


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ°°°


Satu hari berlalu pasca insiden David tergeletak dengan busa di mulutnya, ia belum juga membuka mata. Rupanya ia berusaha bunuh diri dengan obat yang diduga merupakan obat untuk membunuh serangga. Hal yang disyukuri adalah Andin dan para rekannya datang ke rumah sakit dengan segera. Karena dokter berujar bila terlambat 1 detik saja, David sudah tiada. 

Terlihat dua insan sedang berjalan dari arah parkiran. Rupanya mereka adalah Andin dan Ilham yang akan bergiliran untuk berjaga. Tak hanya dengan tangan kosong, masing-masing dari mereka berdua membawa 1 kantong kresek yang dipastikan berisi makanan dan minuman. Untuk apa lagi bila bukan diperuntukkan bagi Ilham dan rekan lain yang sudah berjaga semalaman. 

Saat mereka sudah menginjakkan kaki di lobby, langkah mereka harus terhenti, lantaran suara ponsel Ilham yang berbunyi. Ilham mengangkatnya sambil melangkahkan kaki. Namun, beberapa menit kemudian tiba-tiba ia memalingkan wajah karena percakapannya dirasa penting dan tidak ada orang yang boleh tahu, termasuk Andin. "Ya, di kamar." Andin mendengarnya dengan samar lalu mengerutkan dahi. Siapa yang dimaksud? Melihat respon Andin yang seperti menguping di setiap pembicaraan, Ilham pun segera mematikan telfon dan kembali fokus berjalan. 

Sesampainya di lorong ruang yang dihuni oleh David, Andin dan Ilham terperanjat karena melihat Dega sudah terkapar dengan berlumuran darah di depan pintu ruangan. Mereka pun lekas berlari untuk melihat kondisi Dega. 

"Ham, kamu tolong urus Mas Dega, aku lihat David dulu," titah Andin kepada Ilham yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Vid!" Tak ada respon suara dari David. Andin menggeram karena mengira David sudah tewas. Namun tiba-tiba tubuh David kejang, menandakan ia masih hidup. Melihat respon tubuh David, Andin sesegera mungkin menekan tombol urgent untuk memanggil dokter. 

Geram akan respon yang lambat, Andin bergerak untuk memanggil dokter secara langsung karena tak sabar. Namun tiba-tiba, lengannya dicekal oleh David. Andin pun bergerak mendekat lantaran David seolah ingin membisikinya sesuatu.

"S-sc ... or-pp ... ion," ujar David terbata-bata, namun tetap Andin dengarkan dengan seksama, "W-ang ... s-aa ... s ... o ... o ... nnn-" Penuturan David tiba-tiba terputus, Andin pun berinisiatif untuk memeriksa dan rupanya nafas David tak lagi berhembus.

Komentar

Postingan Populer