KESEMBILAN
"Iya Pak. Kami sudah berusaha sedemikian rupa, namun memang itu kenyataannya. Baik, terima kasih atas kesempatannya. Saya dan tim akan bekerja semaksimal mungkin," ujar Andin dengan membungkukkan badan lantaran senang karena diberi kesempatan kedua oleh sang atasan.
"Stress banget, mengapa semua ini terjadi padaku," ujar Andin bermonolog sembari mengetik beberapa kata untuk dikirimkan kepada timnya di grup chat. Ia bertutur bahwa tim diberi kesempatan kedua, jadi mulai besok tim dan dirinya kembali berinvestigasi. "Dah lah, cari angin dulu. Biar ndase ra patek ngelu¹."
"Eh? Jam 12, aman nggak ya," tanyanya pada diri sendiri sembari menilik jam yang ada di pergelangan tangannya dan melanjutkan, "Aman lah semoga nggak ada klitih²." Andin pun mengambil kunci motor serta jaket, dan bergegaslah ia menuju parkiran.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ°°°
Pulang dengan tangan kosong bukanlah stylenya. Ada 2 bungkus plastik berisi sate-satean, 1 bungkus wedang ronde dan beberapa gorengan yang ia bawa. "Matur nuwun, pareng Pak³," ujar Andin sembari menerima kembalian dan tersenyum. Bergeraklah langkahnya menuju area parkiran untuk kembali pulang.
Melewati gang yang sepi, ia pun melaluinya dengan bekal memperbesar nyali. Karena katanya gang tersebut walaupun aman karena tak ada klitih, namun tetap saja kemungkinan ada makhluk astral yang menghampiri. "Bajigur, kalau ini mah mending klitih daripada nanti aku kerasukan," ujar Andin dengan berharap.
"Aaaa!!"
Ia terperanjat mendengar jeritan dari arah lorong yang ia lewati. "Wah Gusti, nggeh ampun dikabulke sakniki,"⁴ ujarnya merutuki diri sendiri lantaran lebih memilih ada klitih dibanding makhluk astral.
"Aaaak!! Ampun!"
Untuk kedua kalinya ia mendengarkan suara teriakan dari lorong gelap tersebut. Karena rasa penasaran lebih besar dibanding rasa takutnya, Andin pun memberanikan diri untuk menghampiri sumber suara. Takut menimbulkan suara, ia pun mematikan mesin motor dan mendorongnya ke tepian agar tidak terlihat. Selepas memarkirkan motornya dengan rapi, ia pun melangkah dengan mengendap-endap dan bersembunyi di balik tembok. Ia mengintip untuk melihat kejadian yang berada di ujung lorong. Matanya membulat ketika melihat belati yang akan dilayangkan oleh seseorang berpakaian serba hitam. Karena takut tak menemukan bukti, ia pun berinisiatif merekam kejadian yang ada di sebrang sana.
Never ever
Never gonna let you go~
Ia mengumpat di dalam hati karena mendengar lagu GOT7 Never Ever dari spotify yang tiba-tiba berbunyi, diakibatkan terpencet karena ia lupa mematikan layar ponsel saat memasukkan ke saku jaketnya. Sedikit peluh timbul dari dahinya, ia menutup mata dan menghela nafas dengan sedikit gugup lantaran lupa membawa peralatan untuk melindungi diri. Selepas memantapkan diri, ia pun membuka netra untuk melihat kondisi. Namun saat ia menengok dari balik tembok, target sudah di depan mata dan melakukan penyerangan.
Tak hati-hati oleh tak tik yang diberi, bagian perutnya pun tertusuk oleh belati. Ia terjatuh dan mengaduh, sehingga menimbulkan kedatangan warga yang kebetulan sedang berjaga di sekitar sana. Pria yang menusuknya pun bergegas melarikan diri. Andin berdecak sebal lantaran gagal membuka masker agar melihat wajah orang tersebut. Namun bukan juga masalah besar karena ketika Andin berdiri dibantu oleh warga, kakinya menginjak sesuatu yang mengganjal dan alangkah leganya ia karena saat melihat benda tersebut, bisa dijadikan salah satu petunjuk besar.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ°°°
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
; Bausastra :
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
¹ Biar ndase ra patek ngelu : Biar kepalanya nggak begitu pusing.
² Klitih : Sekumpulan orang yang melukai pengendara motor di jalan tanpa alasan.
³ Matur nuwun, pareng Pak : Terima kasih, permisi Pak.
⁴ Wah Gusti, nggeh ampun dikabulke sakniki : Ya Tuhan, ya jangan dikabulkan sekarang.
Komentar
Posting Komentar